LHOKSEUMAWE | Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Aceh, menganjurkan dan mengajak remaja putri meminum tablet tambah darah guna mencegah penyakit anemia yang merupakan penyebab terjadinya stunting atau kekerdilan.
Kepala Dinas Kesehatan Lhokseumawe, Safwaliza, Jumat (3/3/2023) menyebutkan, kaum ibu berpengaruh dalam dalam pencegahan stunting. Penyebab stunting di antaranya karena kurangnya darah atau anemia pada ibu hamil.
Safwaliza mengatakan terjadinya kekurangan darah tidak hanya terjadi pada saat ibu hamil, Akan tetapi juga terjadi pada saat perempuan masih dalam usia remaja.
Karena itu, dengan pemberian tablet tambah darah selama 52 minggu akan mampu mencegah remaja putri terkena anemia. Kemudian, remaja putri juga dilakukan screening anemia untuk memastikan kesehatan, kata Safwaliza.
“Langkah pencegah stunting lainnya yang kami lakukan yakni dengan pemeriksaan rutin terhadap ibu hamil, pemberian tablet tambah darah minimal 90 selama kehamilan dan pemberian makanan tambahan yang mengandung protein hewani,” Safwaliza.
Untuk balita, kata Safwaliza, pihaknya rutin memantau tumbuh kembang balita seperti timbang, ukur dan pantau perkembangan. Pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir hingga enam bulan kelahiran.
“Nah, bayi dibawah lima tahun harus diberikan makanan tambahan yang kaya protein hewani seperti telur dan tata laksana balita dengan masalah gizi serta peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi dengan imunisasi dasar dan tiga imunisasi tambahan,” kata Safwaliza.
Menurut Safwaliza, dengan upaya-upaya yang terus digencarkan dilakukan tersebut dapat mencegah terjadinya stunting. Apalagi pencegahan stunting menjadi program nasional.
“Sedangkan angka stunting di Kota Lhokseumawe per September 2022, jumlahnya mencapai 924 balita. Jumlah tersebut bisa saja bertambah karena dari 19.904 balita di Kota Lhokseumawe, yang baru diperiksa terkait stunting sebanyak 12.160 balita,” kata Safwaliza.
LHOKSEUMAWE | Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Aceh, menganjurkan dan mengajak remaja putri meminum tablet tambah darah guna mencegah penyakit anemia yang merupakan penyebab terjadinya stunting atau kekerdilan.
Kepala Dinas Kesehatan Lhokseumawe, Safwaliza, Jumat (3/3/2023) menyebutkan, kaum ibu berpengaruh dalam dalam pencegahan stunting. Penyebab stunting di antaranya karena kurangnya darah atau anemia pada ibu hamil.
Safwaliza mengatakan terjadinya kekurangan darah tidak hanya terjadi pada saat ibu hamil, Akan tetapi juga terjadi pada saat perempuan masih dalam usia remaja.
Karena itu, dengan pemberian tablet tambah darah selama 52 minggu akan mampu mencegah remaja putri terkena anemia. Kemudian, remaja putri juga dilakukan screening anemia untuk memastikan kesehatan, kata Safwaliza.
“Langkah pencegah stunting lainnya yang kami lakukan yakni dengan pemeriksaan rutin terhadap ibu hamil, pemberian tablet tambah darah minimal 90 selama kehamilan dan pemberian makanan tambahan yang mengandung protein hewani,” Safwaliza.
Untuk balita, kata Safwaliza, pihaknya rutin memantau tumbuh kembang balita seperti timbang, ukur dan pantau perkembangan. Pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir hingga enam bulan kelahiran.
“Nah, bayi dibawah lima tahun harus diberikan makanan tambahan yang kaya protein hewani seperti telur dan tata laksana balita dengan masalah gizi serta peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi dengan imunisasi dasar dan tiga imunisasi tambahan,” kata Safwaliza.
Menurut Safwaliza, dengan upaya-upaya yang terus digencarkan dilakukan tersebut dapat mencegah terjadinya stunting. Apalagi pencegahan stunting menjadi program nasional.
“Sedangkan angka stunting di Kota Lhokseumawe per September 2022, jumlahnya mencapai 924 balita. Jumlah tersebut bisa saja bertambah karena dari 19.904 balita di Kota Lhokseumawe, yang baru diperiksa terkait stunting sebanyak 12.160 balita,” kata Safwaliza.
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi
Selain itu, sambung Safwaliza, Dinas Kesehatan Lhokseumawe sudah menandatangani kerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah atau STIKesMu Lhokseumawe, untuk mengatasi persoalan stunting di kota Lhokseumawe pada 24 Februari 2023 lalu.
“Sehingga kita berharap bisa melibatkan perguruan tinggi untuk menakan angka stunting. Di Lhokseumawe mengalami peningkatan jumlah stunting sebesar 0,7 persen di tahun 2022,” terangnya.
Kerjasama itu diharapkan menjadi kekuatan baru dalam upaya penanganan stunting di Kota Lhokseumawe.
Kenapa kampus itu dipilih? Karena kampus itu berada di wilayah Kota Lhokseumawe dan memiliki jurusan gizi untuk jenjang strata satu (S1).
Pada akhirnya, ke depan, dosen dari kampus itu bersama penyuluh kesehatan dinas berkolaborasi dan menguatkan tenaga kesehatan dan kader dalam penggunaan antropometri yang benar.
Sehingga angka real stunting bisa didapatkan dengan akurat dan juga akan memberikan penyuluhan sebagai sarana pengetahuan ibu-ibu tentang gizi bagi balita.
“Kegiatan pedampingan penggunaaan dan pengolahan pangan bahan pangan lokal, menjadi bahan pangan yang bernilai gizi tinggi bagi ibu-ibu yang memiliki balita,” pungkas Safwaliza.
DIMAS
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi
Selain itu, sambung Safwaliza, Dinas Kesehatan Lhokseumawe sudah menandatangani kerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah atau STIKesMu Lhokseumawe, untuk mengatasi persoalan stunting di kota Lhokseumawe pada 24 Februari 2023 lalu.
“Sehingga kita berharap bisa melibatkan perguruan tinggi untuk menakan angka stunting. Di Lhokseumawe mengalami peningkatan jumlah stunting sebesar 0,7 persen di tahun 2022,” terangnya.
Kerjasama itu diharapkan menjadi kekuatan baru dalam upaya penanganan stunting di Kota Lhokseumawe.
Kenapa kampus itu dipilih? Karena kampus itu berada di wilayah Kota Lhokseumawe dan memiliki jurusan gizi untuk jenjang strata satu (S1).
Pada akhirnya, ke depan, dosen dari kampus itu bersama penyuluh kesehatan dinas berkolaborasi dan menguatkan tenaga kesehatan dan kader dalam penggunaan antropometri yang benar.
Sehingga angka real stunting bisa didapatkan dengan akurat dan juga akan memberikan penyuluhan sebagai sarana pengetahuan ibu-ibu tentang gizi bagi balita.
“Kegiatan pedampingan penggunaaan dan pengolahan pangan bahan pangan lokal, menjadi bahan pangan yang bernilai gizi tinggi bagi ibu-ibu yang memiliki balita,” pungkas Safwaliza.
DIMAS