SEJUMLAH siswa sedang berada di ruang kelas di atas perbukitan Kilometer 9, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Lokasi ini dulu, ketika konflik berkecamuk antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia menjadi salah satu daerah yang dicap hitam oleh aparat keamanan. Seiring waktu, damai antar Pemerintah Indonesia dan GAM yang ditandatangani di Helsinki 2005 lalu, membawa perubahan di kawasan ini.
Dua tahun setelah perjanjian damai, 2007 sekolah ini resmi beroperasi. Siang itu, terlihat enam siswa dan dua guru mendampingi proses pembuatan kue kering. Mereka memproduksi dengan nama kue produk Agribisnis Pengolahan Hasil Pertaian (APHP) SMKN 1 Nisam, Aceh Utara.
Harga kue ini dibandrol Rp 2.000 per potong. Gedung bangunan ini mengkilap, bersih dan sangat rapi. Kehigenisan sangat terjaga. Tangan-tangan para siswa terampil membuat kue itu yang akan dipasarkan di sejumlah kios dan toko di wilayah itu.
Di sisi lain, puluhan botol lemon berjejer. Minuman segar itu juga dipetik dari kebun sekolah dan diproduksi sekolah itu. “Bukan sebatas melatih kemampuan, ini juga Ini salah satu upaya mental berusaha,” kata Kepala SMKN 1 Nisam, Ismail.
Sektor pertanian pun digarap serius oleh sekolah ini. Mereka ingin lulusan sekolah itu terampil dan diterima di dunia kerja. “Kerjasama dengan dengan industri terus diperbanyak, dengan sejumlah pengusaha di Aceh dan luar Aceh. Sehingga lulusan kita ini benar-benar ahli dibidangnya,” tambah Wakil Kepala SMKN 1 Nisam, Nuraini.
Kini mereka memiliki empat jurusan yaitu Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP), Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Bisnis Sepeda Motor, dan Teknik Kendaraan Ringan.
“Kami terus berusaha agar anak-anak ini bisa professional saat lulus, mereka kita kirim magang dianeka perusahaan nasional dan multinasional dalam negeri,” terang Ismail.
Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah dengan status pusat keunggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kabupaten Aceh Utara.
Jika dulu nama Nisam masyur ke seantero negeri karena batu tembak antar GAM dan TNI, kini saatnya nama Nisam masyur di nusantara, karena prestasi anak-anak di daerah bekas perang itu.
|DIMAS